Opini

Trik Mengajar Matematika dengan Menyenangkan ala Jerome S Bruner

Matematika menjadi salah satu pelajaran yang ditakuti oleh banyak orang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Salah satu faktor yang menjadikan matematika layaknya sebagai ‘monster’ yang menakutkan adalah karena materi matematika yang abstrak dan cenderung disajikan dalam metode pembelajaran yang monoton.

OLEH: HANIA RAHMA *)

Metode pembelajaran yang monoton ini menyebabkan banyak orang melabeli materi pembelajaran ini sebagai mata pelajaran yang membosankan, menyulitkan, dan membuat kepala pusing.

Matematika juga dikenal sebagai salah satu mata pelajaran yang tidak dapat dilihat secara jelas bentuknya atau biasa disebut sebagai mata pelajaran yang abstrak.

Hal ini juga merupakan salah satu faktor yang membuat anak menakuti matematika layaknya hantu, karena hantu dan matematika memiliki kesamaan yaitu sama-sama tidak bisa dilihat atau abstrak. Matematika menjadi mata pelajaran yang dianggap abstrak dan tidak berguna dalam kehidupan.

Di sisi lain, faktanya, matematika justru memegang peran penting di berbagai bidang kehidupan manusia. Peranan matematika meliputi bidang-bidang kehidupan yang sederhana seperti membilang, menghitung, dan jual beli sampai dengan bidang yang kompleks seperti teknologi dan ekonomi.

Hal ini harus disadari baik untuk diri sendiri ataupun anak-anak bangsa. Pemahaman bahwa matematika penting bagi kehidupan dapat meningkatkan motivasi anak-anak untuk lebih semangat lagi dalam belajar matematika karena pada umumnya seseorang akan bersemangat dan bersungguh-sungguh melakukan sesuatu jika mereka tahu dan paham seberapa penting hal tersebut untuk dirinya.

Pentingnya pembelajaran materi tersebut dalam kehidupan dapat dikemas oleh guru dalam pembelajaran sedemikian rupa sehingga hal tersebut bisa dipahami oleh anak-anak.

Pengemasan pembelajaran yang menarik dapat dicapai dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang variatif saat mengajarkan matematika kepada anak-anak.

Salah satu alternatif solusi yang dapat mendasari diterapkannya suatu metode pembelajaran yang tepat adalah penggunaan teori belajar yang menjadi kerangka berpikir dalam mengambil suatu keputusan dalam pembelajaran.

Salah satu teori belajar yang dapat digunakan adalah teori yang digagas oleh Jerome S. Bruner yang banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan.

Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.

Menurut Bruner, dalam penyajian materi ada 3 tahapan penting yang harus diperhatikan yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.

Di tahap enaktif, pengetahuan sebagian besar dalam bentuk respon motorik penggunaan benda-benda konkret. Adapun pada tahap ikonik, pengetahuan sebagian besar dibangun dari gambar-gambar visual dan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu.

Selanjutnya di tahap simbolik, pengetahuan sudah dibangun dengan menggunakan simbol-simbol matematika dan bahasa.

Lalu bagaimana contoh penerapan teori tersebut dalam pembelajaran materi tersebut?

Sebagai contoh, untuk membelajarkan teorema pythagoras, dapat dimulai dari tahap enaktif dimana siswa mengeksplorasi berbagai alat peraga sehingga pada akhirnya menemukan konsep bahwa kuadrat panjang sisi miring dari suatu segitiga siku-siku merupakan hasil penjumlahan kuadrat sisi siku-sikunya.

Setelah mengeksplorasi alat peraga, siswa dapat masuk ke tahap ikonik yaitu siswa mulai memvisualisasikan hasil eksplorasi yang telah dilakukan kemudian baru di tahap akhir yaitu tahap simbolik, teorema pythagoras disajikan dalam simbol-simbol matematika.

Sebagai contoh lain, dalam materi pemfaktoran persamaan kuadrat yang menjadi dasar berbagai penyelesaian masalah aljabar. Konsep persamaan kuadrat cenderung disajikan langsung dalam bentuk abstrak berupa simbol-simbol ‘x’ sehingga banyak orang yang kurang memahami makna sebenarnya dari konsep tersebut.

Dengan berpedoman pada teori belajar yang digagas oleh Bruner, guru dapat membuat tahapan belajar pemfaktoran persamaan kuadrat dimulai dari tahap enaktif dimana siswa dapat diberikan potongan-potongan kayu dengan ukuran yang melibatkan variabel x kemudian diminta untuk membuat persegi dari potongan-potongan tersebut.

Selanjutnya masuk ke dalam tahap ikonik, setelah siswa berhasil membentuk persegi dengan berbagai ukuran, siswa dapat membuat gambar-gambar persegi dengan keterangan ukurannya pada kertas sebagai bentuk visualisasi dari kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan.

Berikutnya baru masuk ke dalam tahap simbolik dimana persamaan kuadrat disajikan sebagai simbol-simbol matematika sebagaimana yang umumnya dilakukan di dalam kelas selama ini.

Berdasarkan implementasi teori Bruner yang telah disampaikan, peran guru dalam pembelajaran matematika adalah untuk menciptakan situasi dimana siswa dapat mengeksplorasi secara mandiri daripada memberikan pengetahuan yang sudah jadi.

Alih-alih menghafal apa yang dikatakan dalam guru dan buku teks, tujuan utama pembelajaran adalah partisipasi siswa dalam proses membangun pengetahuan. Teori belajar yang digagas oleh Jerome S Bruner.

Khususnya dalam bagian representasi, dapat menjadi salah satu alternatif solusi untuk membuat pembelajaran matematika menyenangkan dan menghilangkan stigma bahwa matematika selalu bersifat abstrak, menyulitkan, dan membosankan karena matematika bisa disajikan secara bertahap melalui benda-benda konkrit, visualisasi, baru kemudian simbol-simbol formal. (**)

*) Penulis adalah dari mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Iman NR

Back to top button