Internasional

Jerman Resmi Tutup 3 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Jerman meneguhkan diri dan tetap menutup pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada Sabtu (15/4/2023), meski dibayangi krisis energi akibat perang Rusia – Ukraina.

Pada Sabtu (15/4/2023), tiga pembangkit listrik itu ditutup jelang tengah malam. Ketiga pembangkit listrik tenaga nuklik itu adalah Emsland, Neckarwestheim II dan Isar II ditutup.

Voice of Amerka (VOA) yang dikutip MediaBanten.Com, Minggu (16/4/2023) menyiarkan, Pemerintah Jerman menyebutkan, penutupan pembangkit nuklir itu sejalan dengan transisi ke energi terbarukan yang sudah direncanakan sejak lama.

Karena, pembangkit jenis ini memunculkan masalah krusial soal limbah radioaktif yang ditolak di berbagai tempat di negara tersebut, dan menimbulkan masalah bagi generasi ke depan.

Penutupan tiga pembangkit listrik nuklir itu menjelang tengah malam disambut oleh aktivis antinuklir yang berkumpul di luar ketiga reaktor itu dan di berbagai pawai di Berlin dan Munich.

Namun, di sisi lain, para staf, manajer dan pimpinan yang mengelola ketiga pembangkit listrik itu menggelar upacara terakhir sebagai pengelola dengan suasana yang muram untuk menandai momen penutupan tersebut.

Keputusan Jerman untuk menghentikan penggunaan pembangkit nuklir memicu keraguan di dalam dan luar negeri serta upaya menghentikan keputusan itu pada menit-menit terakhir.

Pasalnya, negara-negara industri lainnya, seperti Amerika Serikat, Jepang, China, Prancis dan Inggris, makin mengandalkan energi nuklir untuk menggantikan bahan bakar fosil yang mengakibatkan pemanasan global.

Ketika harga-harga energi melonjak pada tahun lalu karena perang di Ukraina, beberapa anggota pemerintahan Kanselir Jerman Olaf Scholz, ragu-ragu untuk menutup pembangkit nuklir sesuai jadwal, yaitu 31 Desember 2022.

Jalan tengahnya, Scholz setuju untuk memperpanjang tenggat satu kali, tetapi bersikukuh bahwa hitung mundur tetap dilaksanakan pada 15 April.

Namun, Gubernur Bavaria yang konservatif, Markus Soeder, yang mendukung tenggat awal yang ditetapkan pada 2011 ketika Kanselir Angela Merkel masih memimpin Jerman, mengatakan penghentian itu “keputusan yang jelas salah.”

“Kami butuh setiap jenis energi yang ada. Kalau tidak, kita berisiko menghadapi harga-harga listrik yang makin tinggi dan bisnis-bisnis yang kabur.”

Pemerintah Jerman mengakui bahwa untuk memenuhi kebutuhan energi jangka pendek, negara itu akan lebih bergantung pada batubara yang menyebabkan polusi dan gas alam.

Bahkan pada saat negara itu menggenjot pembangkitan listrik dari tenaga surya dan bayu secara besar-besaran.

Jerman menargetkan akan mencapai karbon netral pada 2045. Pada saat itu, banyak pembangkit nuklir Jerman yang akan dibongkar. Pembongkaran pembangkit nuklir memakan biaya yang cukup mahal.

Limbah nuklir

Jerman memang menghadapi persoalan krusial berkaitan dengan limbah radioaktif yang dihasilkan pembangkit listrik tersebut selama 62 tahun sejak pertamakali dioperasikan. Ratusan kontainer sampah radioaktif itu ditolak kelompok masyarakat dan pejabat termasuk Gubernur Bavaria, Soeder.

“Pembangkit tenaga nuklir memasok listrik untuk tiga generasi, tetapi warisannya masih berbahaya untuk 30.000 generasi,” kata Menteri Lingkungan Hidup Jerman Steffi Lemke.

Mencari tempat penyimpanan yang aman untuk menyimpan bahan bakar nuklir yang sudah terpakai menjadi masalah bagi negara-negara yang menggunakan teknologi itu, termasuk AS.

Tetap saja Menteri Energi AS Jennifer Granholm sudah mengatakan bahwa tenaga nuklir akan memainkan “peran penting dalam masa depan energi bersih Amerika.” Pekan ini, Granholm menyambut keputusan Jepang untuk mengoperasikan kembali banyak reaktor nuklirnya. (VOA / INR)

Editor Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button