Ekonomi

Lantai 2 Pasar Segitiga Balaraja Mangkrak, Lantai 1 Sepi Pembeli

Pembangunan lantai 2 Pasar Segitiga Balaraja yang berlokasi di ruas jalan utama pertigaan Balaraja, Kabupaten Tangerang sudah 10 tahun tidak kunjung rampung. Warga di sekitarnya menyebut, bangunan itu sudah lama mangkrak.

Mangkraknya pembangunan lantai 2 Pasar Segitiga Balaraja terlihat jelas karena posisinya di jalan yang dinilai strategis.

Terlihat kondisi besi-besi sekira 50 centimeter tingginya menancap menjulang ke angkasa pada bagian lantai dua yang sudah dicor semen beton.

Sedangkan di lantai satu memang sudah terdapat kios-kios yang jadi. Namun pengisian kios itu tampak sepi, meski ada pedagang sayur yang berada di tengah. Di samping kanan terdapat penjual nasi rames yang tepat menghadap Mapolsek Balajara.

Padahal lokasi salah satu aset yang mustinya produktif milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang, dalam naungan Perusahaan Umum Daerah Niaga Kerta Raharja (Perumda NKR) itu dan merupakan pusat lalu lalang warga dan di tengah-tengah pusat Kota Kecamatan Balaraja.

Kondisi pembangunan lantai 2 yang mangkrak dan sepinya keterisian kios berbanding terbalik dengan kondisi di kolong fly over yang dimanfaatkan komunitas menjadi Taman Baca Balaraja. Di lokasi ini, terlihat kios hampir terisi penuh oleh para pedagang pakaian.

Enas (46), pedagang pakaian yang telah berjualan sejak 2013 di Pasar Segitiga Balajara mengatakan, kios dagangannya sepi dari pengunjung, apalagi yang hendak dan membeli. Dalam sehari, belum tentu ada pembeli yang masuk ke pasar tersebut.

Posisi kios Enas yang agak sedikit masuk ke dalam dari bagian depan, menambah daftar sulitnya mendulang rupiah. Terlebih saat ini, budaya masyarakat banyak bergeser untuk membeli secara online daripada berbelanja langsung ke pedagang konvensional.

Enas mengaku hanya mengelus dada merupakan cara yang ampuh untuk menerima keadaan tersebut, meski mengaku tak patah semangat hanya menerima nasib saja. Akhirnya kios di pasar tersebut lebih difungsikan untuk menaruh barang.

Untuk meraih rupiah sebagai biaya hidupnya dan keluarga, Enas harus berkeliling mengangkut barang dagangannya ke sejumlah lokasi hingga ke pasar malam. Berharap di tengah keramaian itu, ada pembeli singgah ke barang jualannya.

“Orang jualan di pasar sini mah jarang ada yang beli. Gak ada pengunjung. Sampai saat ini saja, pukul (14.00 WIB) belum ada panglaris (pembeli awal) ini,” kata Enas dalam bahasa sunda, saat diwawancara MediaBanten.Com, Selasa (28/02/2023).

Ditanya apakah akan ada rencana pembangunan pasar yang digaungkan Perumda NKR, Enas mengaku tak mendengar rencana itu. “Enggak tahu ya,” ungkapnya, lirih.

Sementara untuk masalah keamanan, Enas mengungkapkan, bahwa kiosnya pernah disatroni pencuri. Hal itu pastinya menambah keriugian hasil yang didapatkannya dengan jerih payah.

“Ya ada ajalah, tergantung kondisi. Kios saya juga pernah kebobolan pas taun kemaren. Ya atuh, lagi bukan milik (rezeki saya) aja kali,” terangnya.

Terpisah, Direktur utama Perumda NKR, Finny Widianti, hingga pukul 13.30 hari ini, Rabu (1/3/2023) belum merespon telepon dari MediaBanten.Com. (Iqbal Kurnia)

Editor Iman NR

Iqbal Kurnia

SELENGKAPNYA
Back to top button