Sepak bola Indonesia kembali berduka setelah sebuah tragedi terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang. Peristiwa tersebut menewaskan 130 orang pada Sabtu (1/10/2022), usai laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya.
Jumlah kematian tersebut adalah yang terbanyak dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Menurut data Save Our Soccer (SOS), total korban tewas dalam sejarah sepak bola Indonesia mencapai 78 orang sejak 1995 hingga 2022 sebelum tragedi Kanjuruhan.
Angka kematian dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan jauh melebihi total korban tewas dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Selain itu, bukan hanya 130 orang tewas, 180 orang lainnya mengalami luka – luka akibat insiden tersebut.
Penyebab kematian tersebut disebutkan akibat kekurangan oksigen yang terjadi akibat saling berdesakan.
Sementara itu, penggunaan gas air mata oleh pihak kepolisian juga menjadi sorotan publik. Polisi mengungkap penggunaan gas air mata karena sudah terjadi keanarkisan di lapangan.
“Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya – upaya pencegahan samapai dilakukan penembakan gas iar mata karena sudah anarkis, sudah menyerang petugas, merusak mobil dan akhirnya kena gas air mata,” ujar Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, dikutip Mediabanten (2/10/2022).
Insiden di Stadion Kanjuruhan bermula dai kemarahan supporter tuan rumah yang tidak terima Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya.
Kemudian, superter mengamuk masuk ke lapangan, namun mendapat halauan dari petugas kepolisian.
Korban dari Aremania yang meninggal di rumah sakit mayoritas nyawanya tak tertolong, karena sudah dalam kondisi memburuk setelah kerusuhan yang terjadi.
Mereka mayoritas menjalani sesak napas dan terjadi penumpakan massa, sehingga terinjak – injak karena panik akibat tembakan gas air mata.
Tragedi tersebut masuk dalam kejadian paling mematikan dalam sejarah sepak bola dunia. Bahkan dengan angka 130 orang tewas itu, tragedi langsung berada di urutan kedua kejadian paling mematikan dalam sejarah sepak bola dunia.
Insiden memilukan ini mengingatkan publik pada tragedi yang terjadi di Stadion Nacional, Kota Lima, Peru pada 24 Mei 1964 silam.
Tragedi sepak bola di Peru ini disebut sebagai insiden sepak bola terburuk di dunia karena telah menewaskan sebanyak 328 korban jiwa.
(Editor: Abdul Hadi)