Syafrudin: Kota Serang Harus Punya Kanal Atasi Banjir Rutin
Kota Serang harus memiliki kanal untuk mengatasi banjir yang rutin terjadi jika hujan turun. Sebab banjir di kota ini diakibatkan tidak terpadunya sistem pembuangan air yang menyebabkan air mengenang di daerah-daerah tertentu.
“Kanal itu dimulai dari daerah Pakupatan hingga bermuara di Sungai Cibanten. Terus terang saja, banjir dalam kota ini mulai terjadi pada saat ada jalan tol yang membagi dua Kota Serang, mengakibatkan air dari daerah lebih tinggi di sebelah tengah hingga ke selatan, tidak bisa mengali ke arah utara dan menuju laut,” kata Syafrudin, Pasangan Calon (Paslon) Nomor urut 3 seusai diskusi yang digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Banten Jaya (Unbaja) di Kota Serang, Sabtu (10/3/2018).
Diskusi yang digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Unbaja ini dimulai pukul 09.00 WIB. Dari 3 pasangan calon yang diundang, hanya dua pasangan calon yang hadir, yaitu Rohman dari Paslon nomor 2 dan Syafrudin dari pasangan nomor 3. Sedangkan Paslon nomor 1, baik Vera maupun Nurhasan tidak bisa hadir dalam diskusi dengan alasan sakit dan kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan.
Syafrudin yang berpasangan dengan Subadri Ushuludin maju menjadi kandidat Walikota Serang-Wakil Walikota Serang periode 2018-2023 mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Serang nantinya tidak perlu membebaskan lahan terlalu luas untuk keperluan pembangunan kanal. Pemkot bisa berkerja sama dengan pengelola jalan tol untuk memanfaatkan lahan yang berada di pinggir yang disebut tanah abstan. Lebar tanah abstan itu dinilai Syafrudin memadai untuk membangun kanal.
Baca: Botak Massal Kader PBB Kota Serang Syukuri Jadi Peserta Pemilu 2019
“Di sepanjang jalan tol itu tidak ada perumahan, ada tanah abstan. Seharusnya, Pemkot Serang bisa memanfaatkan tanah itu untuk kepentingan masyarakat Kota Serang agar bisa terbebas dari banjir,” ujar Syafrudin yang juga mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah (Kadis LHD) Kota Serang.
Pembebasan Kota Serang dari banjir rutin tidak hanya cukup membangun kanal. Pemkot Serang nantinya harus mampu memadukan jaringan saluran pembuang melalui perbaikan maupun melalui pembangunan yang baru untuk disatukan dan disalurkan ke kanal. “Pembangunan kanal juga akan tidak bermanfaat jika jaringan saluran pembuangan air di Kota Serang tidak terpadu, saling berkaitan dan disalurkan pada satu titik,” ujarnya.
Menurut catatan MediaBanten.Com, setidaknya, ada lima titik utama yang terkena banjir rutin setiap hujan turun di Kota Serang. Kelima titik itu di Pakupatan, Citra Gading, Penancangan, Kasemen, dan Cipocok. Kelima titik ini rata-rata memikik ketinggian air genangan 40-50 cm. Air hujan yang ditampung di saluran-saluran pembuang, biasanya meluap ke jalan raya akibat kemacetan saluran air. Saluran pembuang air itu penuh dengan sampah dan tidak terawat dengan baik.
Mengatasi persoalan sampah yang juga andil dalam “memacetkan” saluran air, menurut Syafrudin, persoalan utama pengelolaan sampah berada di tempat pembuangan akhir (TPA), armada untuk mengakut sampah dari tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) ke TPA dan sumber daya manusia (SDM) yang tidak memadai. Jika ketiga faktor itu bisa dipenuhi, maka sampah sebenarnya bisa diolah dengan menerapkan pola 3 R, yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. (Adityawarman)