Pemerintahan

Upaya Pemkot Cilegon Demi KH Wasyid dan Arsyad Jadi Pahlawan Nasional

Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon memperjuangkan KH Wasyid dan KH Arsyad Thawil mendapatkan gelar pahlawan nasional rupanya tidak main-main.

Terbukti, seminar kepahlawanan kedua tokoh tersebut digelar di Kota Manado, Sulawesi Utara pada Jumat (28/4/2023) setelah seminar serupa juga dilakukan di Kota Cilegon, Pprovinsi Banten.

Siaran Pers dari Dinas Kominfo Kota Cilegon yang dikutip MediaBanten.Com, Minggu (30/4/2023) menyebutkan, Walikota Cilegon, Helldy Agustian hadir di semitar tersebut. Hadir juga Prof Mufti Ali dari UIN SMH Banten, Al Munawar dari IAIN Bandung, serta Roger Alan Cristian sebagai Kepala Lab Penjaminan Mutu FIB.

yang telah memfasilitasi kegitan seminar tersebut. “Suatu kebanggaan bagi kami masyarakat Banten, khususnya Kota Cilegon, dan kebanggaan juga bagi masyarkat Manado tentunya bila gelar pahlawan nasional ini ditetapkan,” katanya.

Helldy menurutkan, sejak 2009 ia bolak-balik Manado menelusuri jejak tokoh pergerakan perang Geger Cilegon. Setelah perang Geger Cilegon pada Juli 1888, sebanyak 99 ulama asal Banten dibuang ke seluruh Indonesia, 11 di antaranya dibuang ke Manado, termasuk KH Arsyad Thawil.

“Pada Desember 1945, Presiden Soekarno yang berpidato di Serang, mengatakan bahwa, wahai putra-putri Banten tahu kah kalian bahwa di Banten pernah ada seorang pahlawan besar, dia adalah KH Arsyad Thawil. Presiden Soekarno saja menyebutnya sebagai pahlawan, oleh karenanya kami teliti melibatkan akademisi dan memperjuangkannya agar menjadi pahlawan nasional,” katanya.

Setelah dilakukan penelitian dan kajian mendalam melibatkan perguruan tinggi. Bahkan tim peneliti sudah menelusurinya hingga ke Belanda, kata Helldy, pihaknya kini harus segera menyelesaikan proposal pengajuan gelar pahlawan nassional dalam dua hari ini.

“Dua hari ini mudah-mudahan selesai karena bulan depan (Mei) berkas ini harus masuk ke pemerintah pusat. Mudah-mudahan Allah ridho, tahun ini Ki Wasyid dan KH Arsyad Thawil bisa ditetapkan menjadi pahlawan nasional,” harapnya.

Menurut catatan, Kiai Haji Wasyid bin Muhammad Abbas (lahir dengan nama Qosyidatau lebih dikenal dengan nama Ki Wasyid adalah seorang pejuang yang memimpin Perang Cilegon pada tan ggal 9 Juli 1888 hingga gugurnya di medan perang pada tanggal 30 Juli 1888 di Banten.

Gerakan Ki Wasyid dalam perang tersebut banyak dipengaruhi oleh pemikiran guru-gurunya seperti Nawawi al-Bantani dan Abdul Karim al-Bantani, seorang mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.

Dalam perjuangannya, ia memiliki keahlian dan kemampuan strategis, seperti bagaimana ia melakukan komunikasi-komunikasi politik dengan para ulama, jawara, dan pejuang-pejuang lainnya di Banten dan luar Banten untuk terlibat dalam perang melawan penjajah Belanda.

Ki Wasyid lahir pada tahun 1843 di kampung Delingseng, Ciwandan, Cilegon, Banten. Ia terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan Kiai Muhammad Abbas dan Nyai Johariah.

Dari garis ayah dan ibunya, ia merupakan keturunan seorang pejuang, yaitu Ki Mas Jong. Silsilah lengkapnya adalah Ki Wasyid bin Ki Abbas bin Ki Qoshdu bin Ki Jauhari bin Ki Mas Jong.

Ki Mas Jong merupakan tangan kanan Prabu Pucuk Umun, Raja Sunda. Setelah kekalahan Kerajaan Sunda oleh Kesultanan Banten, ia kemudian masuk Islam dan menjadi pengikut dan orang kepercayaan Maulana Hasanuddin, sultan Banten.

Wasyid lahir dari keluarga pejuang yang memberontak terhadap penjajah. Ayahnya, Abbas, mengambil bagian dalam pemberontakan Wakhia (Perang Gudang Batu) tahun 1850.

Wasyid kecil tumbuh di tempat pengasingan karena ayahnya sering mengajak keluarganya berpindah-pindah tempat untuk menghindar dari kejaran tentara Belanda. (INR)

Editor Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button