Sosial

Paguyuban Pasundan Banten Komitmen Perangi Kemiskinan

Paguyuban Pasundan Provinsi Banten memiliki visi dan misi untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan.

Hal tersebut terungkap saat Paguyuban Pasundan Banten menggelar Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) di Gedung Bank BJB dan Gedung Juang 45 Kota Serang, Sabtu (28/01/2023).

Ketua Paguyuban Pasundan Wilayah Banten, Nana Supiana menyampaikan dalam sambutannya bahwa Paguyuban Pasundan telah lahir pada tahun 1913.

Selama 109 tahun itu, kata Nana, pihaknya telah berkerja sama dengan pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat.

Lebih lanjut, Rakerwil ini pun bertujuan untuk menguatkan visi misi agar dapat memiliki kebermanfaatan serta dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Banten.

Organisasi Budaya Sunda tersebut, hadir melalui ekonomi kerakyatan dan akan terus memberikan kesempatan untuk masyarakat untuk berinovasi menciptakan karya inovatif dalam membantu perekonomian.

Selain itu, mereka juga meluncurkan program seperti Pendirian Koperasi Kulappaten dan Teras KiSunda, Pendirian LKBH Kulappaten, Rabeg Ndan, serta peluncuran website dan media sosial.

“Bersamaan dengan rapat kerja wilayah ini, kita akan melaunching berbagai program yang beririsan dan relevan dengan program Provinsi Banten,” tutur Nana.

“Utamanya mengatasi kemiskinan ekstrem, stunting, dan ini kaitannya dengan kesejahteraan, Paguyuban hadir untuk mengatasi PR tersebut,” lanjutnya.

Disamping pendidikan, ucap Nana, pemberdayaan UMKM hingga LKBH (Lembaga Konsentrasi Bantuan Hukum) juga hadir sebagai upaya organisasi budaya sunda tersebut dalam berbagai aspek.

Rakerwil itu juga dihadiri Dewan Pangaping Pasundan Paguyuban Banten Mayor Jenderal Purnawiraman Ahmad Saefudin, Andika Hazrumy, ketua dan seluruh pengurus Paguyuban Pasundan Kota maupun Kabupaten.

Meskipun organisasi tertua namun hingga saat ini masih tetap eksis. Selama keberadaanya, organsasi budaya Sunda tersebut telah bergerak dalam bidang pendidikan, sosial – budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.

Organisasi tersebut pun terus berupaya untuk melestarikan budaya Sunda dengan melibatkan bukan hanya orang Sunda tetapi semua yang mempunyai kepedulian terhadap budaya Sunda.

Sejarah berdirinya Paguyuban Pasundan

Kelahiran organisasi budaya Sunda itu dipengaruhi oleh pendirian Budi Utomo pada Rabu (20/05/1908), yang dianggap sebagai tonggak awal kebangkitan bangsa Indonesia menggapai kemerdekaan.

Pada awalnya, banyak orang Sunda yang bergabung. Cabang – cabang Budi Utomo juga bermunculan di Jawa Barat, seperti di Bogor dan Bandung.

Selang beberapa tahun kemudian, keanggotaan orang Sunda dalam Budi Utomo menurun drastis.

Hal itu disebabkan lantaran menurut mereka, dari segi sosial – budaya, organisasi tersebut memuaskan penduduk Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Editor: Abdul Hadi

Abdul Hadi

SELENGKAPNYA
Back to top button