Projo Banten : Keblinger, Salahkan Jokowi Soal Kekalahan Ganjar dalam Pilpres
Projo Banten menilai elit Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) keblinger. Karena menyalahkan Joko Widodo dalam kekalahan Ganjar Pranowo, calon presiden (capres) usungan PDIP.
“Suara PDIP di Pileg 2024 itu 25,38 juta. Sedangkan suara Ganjar-Mahfud 27,04. Ini bisa ditafsirkan, perolehan PDIP ya perolehan Ganjar. Sedangkan partai pendukung lainnya, kita tahulah. Kan enggak masuk threshold. Kinerjanya diragukan. Jadi kekalahan Ganjar, tidak bisa ditudingkan ke Jokowi. Kekalahan Ganjar, ya… disebabkan kinerja PDIP itu sendiri,” kata Ketua Projo Banten Zulhamedi Syamsi.
Sebagai perbandingan, perolehan suara Prabowo-Gibran adalah 96,21 juta. Gerindra 20,07 juta, Golkar 23,20 juta, Demokrat 11,28 juta, dan PAN 10,96 juta. Atau total suara partai pendukung hanya 71,93 juta. Ada selisih 24,28 juta.
Sementara perolehan Anies-Cak Imin sebanyak 40,97 juta. PKB 16,11 juta, Nasdem 15,66, juta dan PKS 12,78 juta. Atau total suara partai pendukung 44,19 juta.
“Selisih suara Prabowo-Gibran dengan suara partainya itu 24,28 juta. Artinya, suara ini bukan berasal dari suara partai pendukung. Sebanyak 10,47 juta diduga berasal dari partai pendukung Anies dan partai pendukiung Ganjar. 13,81 juta suara berasal dari non partai,” papar Zulhamedi.
Dari uraian angka-angka tersebut, maka dapat diasumsikan kinerja partai pendukung Anies dan partai pendukung Ganjar tidak maksimal. Mereka tidak bisa menjaga suara partai untuk memilih capres dukungannya.
Malah memilih capres Prabowo-Gibran. Diperkirakan suara partai pendukung Anies dan suara partai pendukung Ganjar yang memilih Prabowo-Gibran sebanyak 10,47 juta.
Selain itu, baik itu partai pendukung Anies mau partai pendukung Ganjar tidak mampu menarik perhatian suara non partai. Suara non partai yang diperkirakan 13,81 juta ini umumnya berwujud relawan. Pendukung capres yang tidak berafiliasi partai.
“Terutama PDIP dengan Hastonya. Sikap mereka terhadap relawan bikin mules. Arogan sekali. Sehingga wajar jika relawan pindah ke capres lain. Pindah ke Prabowo-Gibran. Sedangkan relawan-relawan yang ada di Ganjar, isinya kader-kader partai juga. Makanya enggak mendongkrak suara Ganjar,” ungkap Zulhamedi.
Kesombongan elit PDIP sebenarnya yang menghantarkan kekalahan Ganjar. Bukannya sadar, malah melempar kesalahan ini ke Jokowi. Mengkambing-hitamkan Jokowi untuk menutupi ketidak-mampuan mereka menjaga suara partai pendukung dan merangkul suara non partai.
“Saya lihat otak yang mengkambing-hitamkan Jokowi itu Hasto. Kalau Jokowi tidak dikambing-hitamkan, maka Hasto yang harus menanggung beban kekalahan Ganjar,” tuding Zulhamedi.
Sikap elit PDIP yang diduga diotaki Sekjen Hasto yang terus mengkambing-hitamkan Jokowi, dapat berdampak negatif pada PDIP itu sendiri.
“PDIP bukannya jadi partai oposisi, malah jadi partai perusuh nantinya. Bukan hanya tidak disukai masyarakat, bisa jadi bakal ditinggal kader-kadernya sendiri. Salah satu cara mencegahnya, saran kami… Ya, Hasto harus dicopot dari Sekjen PDIP. Karena Hasto biangnya,” ujar Zulhamedi.
Salah satu langkah menghadapi PDIP yang diotaki Hasto, Projo Banten melakukan pembersihan kader-kader PDIP dari kepengurusan Projo Banten dan DPC-DPC di wilayah Banten. (Ucu)
Editor Ucu Nur Arif Jauhar