HeadlineInternasional

Riwayat Panjang Konflik Israel – Palestina Lebih 100 Tahun

Konflik Israel – Palestina kembali pecah setelah Hamas melancarkan serangan mendadak, Sabtu (8/10/2023). Korban tewas dari kedua belah pihak menurut sejumlah sumber lebih 3.000 orang.

Sesungguhnya konflik Israel – Palestina sudah berlangsung sejak tahun 1917 atau lebih 100 tahun lalu. Konflik ini merupakan perebutan wilayah, meski diwarnai agama.

Warna agama itu antara lain terkait Kota Tua Yerusalem. Di kota ini terdapat warisan 3 agama samawi, yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam.

Kaum Yahudi mengklaim Kota Yerusalem sebagai milik bangsa Israel sejak tahun 1070 SM. Sebutan Israel disematkan pada keturunan Nabi Yakub.

Kristen atau Nasrani juga menjadikan sebagai kota suci karena Nabi Isa atau Yesus Kristus lahir di Betelhem, 9,5 Km selatan Kota Yerusalem.

Sedangkan Agama Islam menjadikan Kota Yerusalem sebagai kota yang istimewa karena kota ini bagian dari perjalanan Nabi Muhammad SAW saat Isra Mi’raj.

Konflik Israel – Palestina saat ini sesungguhnya berakar ketika keturunan Yahuni melarikan diri dari Jerman, Rusia dan sejumlah negara Eropa karena diterapkan kebijakan antisemistme.

Berikut kronologi konflik tersebut yang disadur MediaBanten.Com dari VOA Indonesia;

Tahun 1917

Pada tahun 1917, dalam Perang Dunia I, Inggris merebut Palestina dari Kesultanan Utsmaniyah. Dalam Deklarasi Balfour pada 2 November, Inggris menjanjikan “rumah nasional bagi orang-orang Yahudi” di Palestina.

Tahun 1919

Rencana Inggris menempatkan orang-orang Yahudi tersebut mendapatkan tantangan keras dari Bangsa Palestina dan pertamakali muncul pada sebuah kongres di Yerusalem.

Tahun 1922

Liga Bangsa-Bangsa atau Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan kewajiban Inggris untuk melaksanakan janjinya di Palesina, termasuk menjamin pembangunan rumah nasional Yahudi. Orang-orang Yahudi ini kemudian dikenal sebagai Israel.

Tahun 1936 – 1939

Pasukan Inggris menumpas pemberontakan Arab di Palestina.

Tahun 1947-1948

Palestina dibagi menjadi negara bangsa Yahudi dan negara bangsa Arab melalui Resolusi PBB 181. Resolusi ini disetujui pada November 1947, sementara Yerusalem berada di bawah kendali internasional.

Dalam pembagian tersebut, Tepi Barat – termasuk Yerusalem timur – diserahkan kepada Yordania, sementara Jalur Gaza kepada Mesir.

14 Mei 1948

Negara Israel dibentuk dengan pendukung utamanya Inggris dan negara-negara Eropa. Pembentukan ini memicu perang selama 8 bulan dengan negara-negara Arab.

Lebih dari 400 desa Palestina dihancurkan oleh pasukan Israel dan sekitar 760.000 pengungsi Palestina melarikan diri ke Tepi Barat, Gaza dan negara-negara Arab yang bertetangga.

Tahun 1964

alestinian Liberation Organization atau disingkat PLO) adalah organisasi yang dibentuk pada 28 Mei 1964 dengan tujuan untuk kemerdekaan Palestina.

Organisasi ini dikenal sebagai “perwakilan sah dari bangsa Palestina” oleh 100 negara dan mendapatkan status peninjau oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak 1974.

Tahun 1967-1973

Dalam Perang Enam Hari pada Juni 1967, Israel mengalahkan Mesir, Yordania dan Suriah. Israel juga menduduki Yerusalem timur, Tepi Barat, Jalur Gaza dan Dataran Tinggi Golan.

Pemukiman Yahudi di daerah-daerah yang diduduki Israel dimulai tak lama setelahnya dan terus berlangsung hingga kini di Tepi Barat, Yerusalem timur dan Dataran Tinggi Golan.

Negara-negara Arab menyerang Israel pada 6 Oktober 1973, pada hari besar umat Yahudi, Yom Kippur. Israel menghalau serangan tersebut.

Tahun 1982

Israel menginvasi Lebanon yang dikoyak perang saudara pada 6 Juni 1982 untuk menyerang militan Palestina, setelah awalnya mengirim pasukannya pada 1978.

Milisi Kristen Lebanon yang didukung Israel membunuh ratusan orang Palestina di kamp-kamp pengungsi di Beirut. Pasukan Israel tetap berada di Lebanon selatan hingga tahun 2000.

Tahun 1987-1993

Intifada pertama, alias pemberontakan bangsa Palestina melawan pemerintahan Israel, berkecamuk dari tahun 1987 hingga 1993.

Pada 1993, Israel dan PLO menandatangani sebuah deklarasi prinsip-prinsip otonomi Palestina setelah melakukan negosiasi rahasia selama enam bulan di Oslo, memulai proses perdamaian yang hingga kini belum tercapai.

Pemimpin PLO Yasser Arafat kembali ke wilayah Palestina pada Juli 1994, setelah 27 tahun di pengasingan untuk mendirikan Otoritas Palestina.

Pemerintahan mandiri dibentuk untuk pertama kalinya di Jalur Gaza dan Kota Jericho di Tepi Barat.

Tahun 2000-2005

Pada September 2000, pemimpin oposisi sayap kanan Israel yang nantinya akan menjadi perdana menteri negara itu, Ariel Sharon, mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem timur.

Kompleks itu merupakan situs suci umat Islam dan Yahudi, yang menyebutnya dengan nama Bukit Bait Suci (Temple Mount). Kunjungan itu memicu bentrokan pertama Intifada kedua.

Menanggapi gelombang bom bunuh diri yang terjadi, Israel pada tahun 2002 menginvasi Tepi Barat dalam operasi terbesarnya sejak perang tahun 1967.

Mahmud Abbas, seorang moderat, mengambil alih kepemimpinan Otoritas Palestina pada Januari 2005, setelah kematian Arafat.

Pasukan Israel terakhir meninggalkan Gaza pada September 2005, setelah menduduki wilayah itu selama 38 tahun.

Tahun 2007

Pada 2007, kelompok militan Hamas merebut kekuasaan di Gaza setelah bertempur sengit melawan rivalnya, faksi Fatah, yang dipimpin Abbas dan masih berkuasa di Tepi Barat.

Tahun 2014

Pada 2014, Israel meluncurkan operasi barunya melawan Gaza untuk menghentikan tembakan rudal dari wilayah tersebut. Lebih dari 1.400 warga sipil Palestina tewas, sementara di pihak Israel enam warga sipil tewas, menurut data PBB.

Tahun 2017

Pada 6 Desember 2017, Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan itu membuat marah warga Palestina dan memicu kritik internasional.

Abbas mengatakan, Amerika Serikat tidak boleh lagi melanjutkan peran bersejarahnya sebagai penengah perundingan damai Palestina dengan Israel.

Tahun 2021

Pada 10 Mei 2021, setelah terjadi ketegangan selama beberapa hari di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem timur, Hamas menembakkan rudal ke Israel, yang dibalas dengan serangan udara mematikan di Jalur Gaza.

Perang selama 11 hari kemudian terjadi antara Hamas dan Israel, di mana banyak orang tewas.

Tahun 2022

Pada Agustus 2022, pertempuran selama tiga hari terjadi di antara Israel dan Jihad Islam, di mana para pemimpin militer kelompok itu tewas.

Tahun 2023

Pemberontakan lain terjadi pada awal 2023, menyusul serangan Israel di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat.

Mei lalu, 35 orang tewas dalam pertempuran selama lima hari. Sementara pada bulan Juli, Jenin menghadapi operasi militer terbesarnya dalam beberapa tahun terakhir. (Dari berbagai sumber / Rosyadi)

Editor Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button