Internasional

China Bantah Soal Perangkap Utang Bagi Negara Penerimanya

Tuduhan tentang “perangkap utang” China yang disalurkan melalui Belt and Road Initiative (BRI) bagi negara penerima utang merupakan tuduhan yang tidak berdasar dan tidak akan menghentikan program ini berjalan.

Demikian dikemukakan Guo Weimin, Juru Bicara Komite Nasional Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China ke-14 yang dilansir China Daily, dikutip MediaBanten.Com, Sabtu (4/3/2023).

Tuduhan itu antara lain menyebutkan, utang dari China merupakan perangkap bagi penerimanya karena utang itu didesain tidak bisa dibayar. Saat itu terjadi, China akan menguasai wilayah atau aset tertentu di negara tersebut.

Guo Weimin mengatakan, China selalu mengikuti praktik internasional dengan prinsip keberlanjutan utang saat mempromosikan kerjasama melalui BRI.

China juga telah berupaya membangun sistem investasi dan pembiayaan yang stabil, berkelanjutan, dan dengan risiko yang dapat dikendalikan, kata Guo pada konferensi pers pada hari Jumat.

Untuk menghindari terciptanya risiko utang baru bagi negara penerima utang, China selalu mempertimbangkan kondisi mereka saat menawarkan pinjaman untuk proyek mereka, kata Guo.

China telah meratifikasi dokumen Prinsip-Prinsip Panduan Pembiayaan Pembangunan BRI dengan 29 negara untuk mempromosikan kesadaran akan kesinambungan utang, kata Guo.

Selain itu, negara tersebut mengeluarkan kerangka keberlanjutan utang bagi negara-negara yang berpartisipasi pada April 2019 untuk membantu mereka meningkatkan kemampuan mengelola utang.

BRI, yang terutama melibatkan infrastruktur dan produksi, telah menambah aset berkualitas tinggi di negara-negara peserta, kata Guo.

Selain proyek-proyek besar, sejumlah program pertanian, medis, dan pengentasan kemiskinan juga telah dilakukan di negara-negara tersebut dengan inisiatif untuk membantu meningkatkan mata pencaharian masyarakat setempat.

Pada pertengahan Februari, China telah menandatangani lebih dari 200 dokumen kerja sama BRI dengan 151 negara dan 32 organisasi internasional, kata Guo, menunjukkan bahwa inisiatif tersebut semakin disambut baik di seluruh dunia.

Juga, perdagangan tahunan antara China dan negara-negara peserta lainnya hampir dua kali lipat selama dekade terakhir, meningkat dari $1,04 triliun pada tahun 2013 menjadi $2,07 triliun pada tahun 2022.

Tahun ini menandai peringatan 10 tahun inisiatif tersebut, yang diusulkan oleh Presiden Xi Jinping pada 2013.

Selama 10 tahun terakhir, prakarsa ini telah menyaksikan penyelesaian dan pengoperasian sejumlah proyek infrastruktur, termasuk Kereta Api Tiongkok-Laos dan Pelabuhan Piraeus di Yunani. (INR)

Editor Iman NR

Iman NR

Back to top button