Hidup Dengan Bahaya Sudah Terbiasa Bagi Manusia Silver
Hidup dengan bahaya sudah terbiasa bagi manusia silver. Keberadaan mereka dijalanan sudah tidak asing lagi di Kota Serang.
Mereka mewarnai kulit dengan cat berwarna perak pada sekujur tubuhnya, dengan menggunakan cat minyak, bukan cat khusus tubuh.
Penampilan manusia silver cukup unik dan eksentrik, mengundang banyak perhatian.
Mereka berasal dari beragam usia dan jenis kelamin bisa menjadi manusia silver.
Menurut berbagai sumber, munculnya manusia silver pada awalnya untuk aksi penggalangan dana di Kota Bandung, tahun 2012.
Tujuan dari penggalangan dana tersebut, guna mencukupi kebutuhan hidup keluarga komunitas silver peduli dan beberapa anak jalanan lainnya.
Manusia silver banyak ditemukan di persimpangan lampu merah di kota Serang. terkadang hadir di beberapa perumahan dan dijadikan mata pencaharian.
Diantaranya Riqzi bocah berumur 9 tahun. Dia rela mengecat tubuhnya dengan warna perak. Dia sudah mencari nafkah sebagai manusia silver selama 4 bulan.
Riqzi masih duduk di bangku SD Negeri Seroja. Dia pergi mencari nafkah setelah pulang sekolah.
Usai menjadi manusia silver, dia belajar di Madrasah TKIT Iqra, Taman Graha Asri, Sayabulu, Serang Banten.
Penghasilan yang dia raup menjadi manusia silver kisaran Rp30.000.
Riqzi, siswa kelas 4 SD mengatakan, alasan menjadi manusia silver karena ingin membantu keuangan orang tuanya.
Dia pergi menjadi manusia silver tidak seorang diri. Dia juga di temani oleh sang adik dan beberapa temannya.
Seno, adik dari Riqzi mengatakan, cat minyak yang digunakan harus dibeli kisaran harga Rp40.000.
Bocah berusia 6 tahun tersebut mengaku, efek mengecat ditubuhnya, sering mengalami gatal-gatal dan panas pada kulitnya.
Riqzi dan Seno adalah anak dari Rostina kerap dikenal Ratna oleh tetangganya. Dia bersama suaminya mencari nafkah sebagai pemulung.
Ratna mengaku, sudah menyuruh anak-anaknya untuk berhenti menjadi manusia silver dan fokus belajar di sekolahnya.
“Sebenarnya saya tidak mengizinkan anak-anak jadi manusia silver, itu semua atas kemauan mereka.”ujar Ratna. Dikutip dari kanal YouTube MediaBanten TV, Senin (29/8/2022).
Ibu dari dua bocah tersebut, sudah mencari nafkah sebagai pemulung selama 7 tahun dan memiliki penghasilan yang tidak menentu.
“Kadang seminggu saya jual hasil mulungnya dapat Rp300.000.”ungkap ratna.
Ibu tersebut mengaku, sedih melihat anak-anaknya turut membantu keuangan orang tuanya.
Ratna juga ingin anak-anaknya menjadi anak yang pintar dan jujur.
Dia mengaku sering mendapat hinaan dari tetangganya, namun hinaan tersebut diharaukan olehnya.
“Ada yang suka hina saya yaitu tetangga sini, sudah ibunya pemulung, anaknya pengemis kadang saya juga suka sedih, tapi hanya saya rasakan yang penting saya tidak menyusahkan orang dan cari nafkah yang halal.”pungkasnya.
Dua bocah silver tersebut, membersihkan cat dari sekujur tubuhnya menggunakan sabun cuci piring atau sabun detergen.
(Editor: Abdul Hadi)