Internasional

Respon RUU Anti Kartel, Saudi Ancam Hentikan Ekspor Minyak ke AS

Menteri Energi Kerajaan Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan tidak akan menjual atau ekspor minyak ke negara yang mencoba memberlakukan pembatasan harga. Demikian dilansir Arab News, dikutip MediaBanten.Com, Rabu (15/3/2023).

Pernyataan ini sebagai respon Kerajaan Arab Saudi atas rancangan undang-undang tanpa kartel penghasil dan pengekspor minyak yang tengah diusulkan pemerintah AS.

Rancangan undang-undang ini memungkin Amerika Serikat menetapkan harga secara sepihak dan menuntut perusahaan minyak yang bakal dituding sebagai bagian kartel harga.

Pangeran Abdulaziz mengatakan, penetapan batas atas harga minyak pasti akan menyebabkan ketidakstabilan pasar, dan Arab Saudi akan mengurangi produksi minyaknya.

Pangeran menambahkan bahwa kelompok negara penghasil minyak OPEC+ telah berhasil membawa stabilitas dan transparansi yang signifikan ke pasar minyak, terutama dibandingkan dengan semua pasar komoditas lainnya.

“RUU NOPEC tidak mengakui pentingnya menahan kapasitas cadangan, dan konsekuensi dari tidak menahan kapasitas cadangan terhadap stabilitas pasar,” ujarnya.

NOPEC mengacu pada RUU Tanpa Kartel Penghasil dan Pengekspor Minyak, mengusulkan undang-undang AS yang dapat membuat anggota OPEC+ terbuka untuk dituntut di bawah undang-undang antimonopoli Amerika.

RUU tersebut, yang telah diajukan secara berkala selama beberapa tahun, dihidupkan kembali bulan ini oleh sekelompok senator bipartisan di Washington di tengah kekhawatiran tentang harga energi yang tinggi.

Namun, kata Pangeran Abdulaziz, NOPEC juga akan merusak investasi dalam kapasitas minyak dan akan menyebabkan pasokan global jatuh jauh dari permintaan di masa depan. Dampaknya akan terasa di seluruh dunia pada produsen dan konsumen, serta pada industri minyak.

Arab Saudi secara proaktif memulai upaya untuk memperluas kapasitas produksi menjadi 13,3 juta barel per hari pada tahun 2027.

“Ekspansi sudah berjalan, dalam tahap rekayasa, dan peningkatan pertama diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2025,” kata sang pangeran.

Kapasitas cadangan dan stok darurat global adalah jaring pengaman utama untuk pasar minyak dalam menghadapi potensi guncangan harga.

“Saya telah berulang kali memperingatkan bahwa pertumbuhan permintaan global akan melebihi kapasitas cadangan global saat ini, sementara cadangan darurat berada pada titik terendah dalam sejarah,” ujarnya.

Karena itu, jika AS menerapkan RUU menjadi UU anti monopoli dan kartel yang bisa menuntut dan menetapkan harga bagi perusahaan minyak, maka dipastikan Arab Saudi menghentikan ekspor minyak ke AS. (Arab News / INR)

Editor Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button