News

Meneladani Toleransi Ala Nabi Muhammad

Toleransi bukanlah istilah baru di tahun 2022. Sejak zaman Rasulullah, toleransi sudah dicontohkan oleh beliau. Generasi-generasi selanjutnya, sudah sepantasnya untuk mengaplikasikan apa yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad.

Namun, toleransi dalam keberagaman tentu saja ada batasannya. Dalam islam, toleransi yang dilarang adalah toleransi dalam masalah aqidah.

Artinya, dilarang mempertukarkan aqidah atau turut serta dalam ibadah agama lain atau mengikuti ajaran agama lain.

Untuk masalah muamalah Maliyah, umat islam dapat berhubungan dengan non muslim selama objek yang ditransaksikan dan akadnya dibolehkan dalam islam.

Rasulullah SAW telah menunjukkan diri sebagai orang yang sangat toleran dalam kehidupannya.

Contoh Piagam Madinah, Rasulullah SAW siap bekerjasama dengan orang – orang non muslim, untuk saling melindungi jika di serang musuh.

Dalam bahasa arab toleransi  adalah tasamuh, telah banyak diajarkan dan dipraktikkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya.

Nabi Muhammad paham betul bahwa masyarakat Arab yang menjadi objek dakwahnya terdiri dari berbagai suku.

Apalagi lingkungan bangsa Arab sendiri, sikap kesukuan sangat tinggi, yang terdiri dari banyak kabilah. Salah satu contohnya adalah bagaimana Nabi Muhammad SAW mampu bergaul dan berhubungan secara sosial dengan tetangganya yang beragama Yahudi di Madinah.

Suatu hari ada seorang Yahudi meninggal dunia yang dibawa oleh para kerabatnya untuk dimakamkan.

Pada saat yang sama, Nabi Muhammad dan para sahabatnya sedang duduk – duduk.

Mengetahui ada jenazah orang Yahudi sedang lewat, Nabi Muhammad kemudian berdiri sebagai tanda pernghormatan.  Spontanitas para sahabat bertanya.

“Wahai Nabi, kenapa engkau berdiri, padahal jenazah tersebut adalah seorang Yahudi,”

Namun Rasulullah menjawab setidaknya dia adalah seorang manusia.

Hal tersebut, menunjukkan sikap Nabi Muhammad adalah tipe yang menjunjung tinggi toleransi.

Dalam sejarah, islam menjunjung tinggi berbagai perbedaan. Sikap toleran berarti tidak ada pemaksaan kehendak pribadi atas orang lani.

Toleransi ini dianjurkan dalam segala bidang kehidupan, terutama sekali dalam bidang kehidupan keagamaan.

Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. (Q.S. al-Kâfirûn: 6)

Ayat Al-Quran tersebut memberi pelajaran kepada kita betapa toleransi yang diajarkan Al-Quran telah sampai pada pokok-pokok kehidupan, yaitu soal keyakinan.

(Editor: Abdul Hadi)

Abdul Hadi

SELENGKAPNYA
Back to top button