UMKM

Pemkot Serang Belum Relokasi Pembuat Tempe Tahu di Domba

Kepala Disperindagkopukm Kota Serang, Wasis Dewanto menyatakan belum bisa memenuhi permintaan relokasi 40 pembuat tempe dan tahu di Kampung Domba Tegal, Kota Serang. Alasannya, keterbatasan anggaran dalam APBD.

“Kami sudah membahas dengan pengurus Kopti (Koperasi Pengusaha Tahu dan Tempo Indonesia). Karena keterbatasan anggaran kami belum bisa memenuhi permintaan relokasi tersebut,” kata Wasid Dewanto, Kepala Disperindagkopukm Kota serang yang ditemui MediaBanten.Com, Senin (29/8/2022).

Pembahasan lain dengan pengurus Kopti adalah masalah limbah dari pengolahan tahu dan tempe. Katanya, limbah ini banyak dikeluhkan warga karena bau tak sedap.

“Kami juga membahas cara mengolah limbah seperti yang dilakukan di daerah Jawa,” ujar Wasis Dewanto.

Wasis mengaku, pihaknya belum bisa menyediakan lahan untuk relokasi pengrajin tahu tempe karena keterbatasan anggaran.

Namun dia mengusulkan pembuat tahu tempe itu memanfaatkan lahan kawasan industri yang telah ditetapkan dalam Ruang Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Serang.

Kawasan industri itu ada di Walantaka dan Kasemen. Mereka (Kopti – red) harus berkolaborasi untuk penyediaan lahannya,” katanya.

Wasis menjelaskan, terkait subsidi kacang kedelai, Kopti sebagai wadah untuk mengatur tata kelola dan tata penjualannya para pengrajin tahu tempe. Sehingga kebutuhan kacang kedelai harian terhitung secara real.

“Jadi Kopti sebagai wadah untuk menginformasikan harga kedelai dan juga ketika ada kenaikan tahu tempe harus sama rata, tidak ada persaingan, yang ada persaingan secara sehat saja,” ujarnya.

Sebelumnya, sebanyak 40 pembuat tahu dan tempe di Kampung Domba Tegal, Kota Serang meminta agar direlokasi untuk dipisahkan dengan hunian rumah. Pemisahan itu agar tidak menggangu permukiman (Baca: Asep: 40 Pembuat Tahu Tempe di Domba Tegal Minta Direlokasi).

Demikian disampaikan Ketua Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Banten, Redi Kurniadi dan Sekretarisnya, Ojang kepada Asep Rahmatullah, Ketua Dekopin Wilayah Banten seperti dikutip MediaBanten.Com dai Chanel Youtube Arah Official, Minggu (28/8/2022).

“Nantinya, di tempat yang baru, kami berharap hanya tempat produksi dan pemasaran, tidak boleh ada untuk rumah,” kata Ojang.

Ojang menceritakan pengalaman para pembuat tahu tempe. Ketika menempat lokasi tertentu, lokasi itu berkembang juga menjai perumahan.

“Pengalaman kami justru kami yang terusir. Jadi nanti di tempat baru, kami ingin khusus tempat pembuatan tahu dan tempe, tidak boleh dicampur dengan rumah, termasuk rumah para pembuat tahu dan tempe itu harus di luar kawasan tersebut,” katanya.

Persoalan lainnya yang dikemukakan adalah peralatan produksi yang dimiliki masih tradisional. Mereka ingin mendapatkan kemudahan untuk meningkatkan alat produksi agar produksi tahu dan tempe menjadi meningkat dan lebih higienis. (Aden Hasanudin / Editor: Iman NR)

Aden Hasanudin

SELENGKAPNYA
Back to top button