Edukasi

Tito, Pegiat Literasi Jadi Wakil Banten di Sekolah Staf Presiden

Tito Tri Kadafi, pegiat literasi menjadi Wakil Banten pada program Sekolah Staf Presiden yang rampung dilaksanakan pada 3–15 Juli 2023 di Jakarta.

Pegiat Literasi dari Banten ini menjadi satu dari 35 peserta terpilih yang menyisihkan 66.239 pendaftar lainnya dari seluruh Indonesia.

Sekolah Staf Presiden merupakan inkubator kepemimpinan nasional yang dilaksanakan selama 14 hari untuk upskilling, reskilling, dan newskilling para pemimpin muda daerah untuk menjadi negarawan masa depan.

Delegasi terpilih mendapatkan kesempatan untuk belajar kerja-kerja strategis, taktis, dan praktis di lingkungan Istana Kepresidenan.

Selama program, Tito mendapatkan beragam kelas dari para ahli di bidang masing-masing, seperti CEO Pertamina, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, Ketua KPK, Direktur FAO PBB, Kepala BNPB, Menko PMK, Menpora, dan beragam akademisi dan praktisi ahli lainnya seperti Yanuar Nugroho dan Merry Riana.

Kantor Staf Presiden merupakan lembaga negara yang bertugas melaksanakan pengendalian program-program prioritas nasional, komunikasi politik, dan pengelolaan isu strategis, termasuk di dalamnya melakukan debottlenecking atau pelancaran sumbatan/kendala yang dihadapi kementerian/lembaga negara ataupun masyarakat.

“Sangat kompleks belajar soal pengelolaan negara. Paling berkesan ketika kelas kebijakan publik bersama Pak Yanuar Nugroho, yang bilang kalau kebijakan publik itu tidak akan memuaskan semua pihak,” kata pegiat literasi dari Banten ini.

Pembelajaran juga jadi menarik karena iklim kelas yang super aktif dan partisipatif. Delegasi dari berbagai daerah yang terpilih memiliki konsentrasi isu masing-masing yang berusaha dikembangkan selama program.

Sehingga substansi pembahasan menjadi lebih komprehensif karena teori dan empiris duduk bersama di kelas ini.

Tito juga menjalani magang di seluruh Kedeputian Kantor Staf Presiden, untuk belajar secara langsung mengenai proses pengelolaan negara dengan studi kasus nyata.

Saat magang di Kedeputian 5, ia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Rapat Koordinasi antara Kantor Staf Presiden dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Substansi rapat ini terkait isu literasi dan bahasa daerah di Papua, serta pengajuan bahasa Indonesia sebagai bahasa general conference di UNESCO.

Saat rakor bersama seluruh petinggi terkait, Tito juga menyampaikan gagasan mengenai penguatan peta jalan literasi Indonesia, dengan mendorong keberlanjutan pembudayaan literasi di Papua hingga penyusunan monitoring dan evaluasi perubahan perilaku berliterasi itu sendiri.

Literasi adalah kemampuan yang melibatkan keahlian berpikir kritis dan sosio emosional guna memahami dan merefleksikan bahan bacaan.

Keberlanjutan program literasi Papua bagi Tito perlu didorong melalui pemetaan dari intervensi terdahulu yang efektif.

Keberlanjutan perlu didorong dengan memonitoring cerita-cerita perubahan perilaku ke arah yang lebih baik secara intensif setelah program.

“Cerita baik ini sebagai indikator apakah program tersebut efektif dilakukan. Soal literasi, penting untuk membuat program yang bukan sekadar seremonial.” Kata Tito.

Keberhasilan Tito dan 34 orang lainnya didasari oleh kuatnya aspirasi dan potensi mereka untuk menjadi pemimpin masa depan yang berpengaruh.

Tito sendiri merupakan Pendiri Bastra ID, organisasi pendidikan yang bergerak menanamkan keterampilan literasi, berpikir kritis, dan sosio emosional menggunakan medium bahasa dan sastra sejak 2018.

Ia telah menempuh studi di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lulus dengan predikat lulusan terbaik universitas.

Kiprahnya dalam membangun literasi orang muda Indonesia juga telah diakui melalui beragam penghargaan seperti Pemuda Pelopor Nasional Kemenpora, Young Leaders for Indonesia oleh McKinsey & Company, hingga yang tertinggi dinobatkan sebagai Every U Does Good Heroes oleh Unilever Indonesia.

“Saya bersyukur bisa masuk ke program yang mengarahkan pola pikir saya jadi lebih kritis. Sebagai program inkubator, kurikulum SSP sangatlah lengkap,” katanya.

Setelah program ini, Tito dan teman-teman lainnya kembali ke daerah masing-masing untuk membangun Indonesia dan membawa tantangan sebagai kebutuhan. (Rilis Tito Tri Kadafi)

Editor Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button