Keistimewaan Solat Sunah Fajar Hingga Rosul Mengqodonya
Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan solat sunah fajar. Bahkan, ketika tertinggal karena suatu hal, nabi mengqodo solat sunah tersebut. Ini juga menjadi penegasan keistimewaan solat tersebut.
“Solat sunah fajar atau dikenal dengan solat sunah qobliyah subuh. Dari solat rawatib yang disebut Rosulullah, solat ini termasuk yang tidak pernah ditinggalkan, bahkan diqodo ketika tertinggal,” kata KH Matin Syarkowi, Pimpinan Ponpes Al Fathaniyah dalam Pengajian Jurnalis Mengaji di Ponpes Al Fathaniyah, Kelurahan Tembong, Kota Serang, Senin malam (26/9/2022).
Pengajian Jurnalis Mengaji mendasarkan bahasan pada Kitab Biyadul Mujtahdi karya Ibnu Rusyd atau dikenal di Eropa dengan nama Averroes. Kitab itu membahas perbandingan mazhab dalam berbagai perbedaan dan persamaannya.
KH Matin Syarkowi mengemukakan, keistimewaan solat sunah fajar termuat dalam hadis yang cukup masyhur yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah berikut:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua rakaat solat fajar lebih utama dari dunia dan seisinya” (HR. Muslim).
Para ulama mujtahid multak mulai dari Imam Hanifah, Malik, Syafii dan Hambali bersepakat yang dimaksudkan hadis tersebut adalah solat sunah fajar.
Meski sepakat, para ulama mujtahid memiliki perbedaan dalam pelaksanaan solat sunah tersebut, terutama dalam surat setelah Al Fatihah.
Imam Hanafi dan Imam Hambali menyebutkan, solat sunah fajar hanya cukup dengan membaca surat Al Fatihah sebagai syarat sahnya solat.
Sedangkan Imam Malik dan Imam Syafii membolehkan membaca surat setelah Al Fatihah. Catatannya adalah surat-surat pendek semisal An-Nasr, Al Ikhlas, Al Falaq atau An-Nas.
Perbedaan pendapat yang merupakan rahmat bagi umat muslim lebih kepada waktu solat sunah fajar sangat singkat. “Kalau membaca surat-surat yang panjang, dikhawatirkan waktu solat wajib fajar terlewat,” kata KH Matin Syarkowi.
KH Matin Syarkowi juga menukil hadis riwyat Tarmidzi yang berisi anjuran Nabi bagi orang tidak mengerjakan dua rokaat sebelum subuh agar diqodo setelah matahari terbit.
مَنْ لَمْ يُصَلِّ رَكْعَتَي الْفَجْرِ فَلْيُصَلِّهِمَا بَعْدَ مَا تَطْلُعَ الشَّمْسُ
Artinya, “Siapa yang tidak mengerjakan solat dua rakaat fajar maka hendaknya ia mengerjakannya setelah matahari terbit.” (HR Tarmidzi).
Al-Baghawi dalam Syarh Sunnah-nya juga menjelaskan bahwa diperbolehkan mengqodo solat sunnah, berdasarkan hadits yang diriwayatkan Qais bin Fahd.
عَنْ قَيْسِ بْنِ فَهْدٍ: رَآنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الصُّبْحِ، فَقَالَ: مَا هَاتَانِ الرَّكْعَتَانِ يَا قَيْسُ»؟ فَقُلْتُ: إِنِّي لَمْ أَكُنْ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ، فَسَكَتَ عَنْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى جَوَازِ قَضَاءِ الْفَوَائِتِ، فَرْضًا كَانَ أَوْ تَطَوُّعًا بَعْدَ الصُّبْحِ، وَبَعْدَ الْعَصْرِ.
Artinya, “Dari Qays bin Fahd: Rasulullah menyaksikan saya ketika sedang solat dua rakaat setelah solat subuh. Kemudian beliau bertanya, “Solat apa itu wahai Qays?” Kemudian saya menjawab, “Sesungguhnya aku belum mengerjakan solat dua rakaat fajar.” Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam diam.
Menurut KH Matin Syarkowi, soal solat sunah fajar dan mengqodonya memiliki landasan berupa hadis-hadis sohih.
“Kalau berbeda pendapat, terutama para ustad, sebaiknya diberikan penjelasan yang tidak kontroversial dan memicu kegaduhan umat,” kata KH Matin Syarkowi.
Ketua PCNU Kota Serang ini menyilahkan muslim untuk menempuh jalan yang diyakini, jangan memprovokasi yang menimbulkan kegaduhan.
“Katakan saja, silakan dilaksanakan ibadah A atau B sesuai dengan keyakinan. Tak perlu membidahkan, mengkafirkan dan mengolok-olok. Kasihan umat, berikan penjelasan yang mententramkan,” katanya. (Editor: Iman NR)