Sosial

Huntara Korban Gempa Cianjur Dibangun Dompet Dhuafa

Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa bersama Recycle House Program (RHP) menggencarkan program Huntara (Hunian Sementara) bagi penyintas terdampak gempa bumi di Cianjur, Kamis (26/01/2023).

DMC Dompet Dhuafa menargetkan 100 huntara yang terbagi di dua kampung yakni Kampung Pangkalan, Desa Benjot, dan Kampung Sarampad, Desa Sarampad.

Kedua lokasi tersebut termasuk ke dalam Kecamatan Cugenang. Kecamatan Cugenang termasuk dalam wilayah yang terdampak parah akibat guncangan gempa bumi yang terjadi pada November 2022.

DMC Dompet Dhuafa mengusung hunian sementara Bunga atau yang disebut Bumi Endah Dompet Dhuafa dengan konsep recycle house, yakni membangun huntara dengan bahan sisa-sisa puing rumah.

Tentu juga ditambah dengan bahan material bangunan yang baru. Hunian sementara Bunga sendiri terdiri dari dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu dan teras rumah dengan luas 7 X 5 meter persegi.

“Huntara Bunga yang memiliki arti Bumi Endah Dompet Dhuafa. Bumi Endah itu adalah rumah yang nyaman untuk mereka yang tertimpa musibah di gempa Cianjur. Kami mengusung nama yang memuat kearifan lokal,” kata Shofa Qudus, General Manager Disaster Risk Reduction DMC Dompet Dhuafa.

“Mengapa usung konsep recycle house, kami bergotong-royong dengan memanfaatkan sisa-sisa bangunan rumah asli mereka. Karena ada beberapa bahan-bahan bangunan yang bisa terpakai itu kami manfaatkan untuk huntara bunga,” lanjut Shofa.

Sebelum membangun hunian sementara, DMC Dompet Dhuafa akan membentuk kelompok masyarakat yang terdiri dari 10 Kepala Keluarga.

Usai terbentuk, DMC Dompet Dhuafa dan RHP akan berbagi seputar pembangunan hunian sementara dengan konsep recycle, mulai dari ukuran, bahan, hingga arsitektur, dan penanaman semangat pemberdayaan.

Ketika kelompok sudah terbentuk dan sudah mensosialisasikan recycle house, masyarakat akan bergotong-royong membangun hunian sementara untuk masing-masing anggota kelompok.

Konsep pemberdayaan sangat penting, DMC Dompet Dhuafa tidak hanya berharap memberikan bantuan berupa materi, melainkan pengetahuan dan keterampilan yang bisa mereka manfaatkan hingga masa mendatang.

Salah satu huntara percontohan yang sudah jadi berada di Kampung Pangkalan milik keluarga Agus Falahudin. Agus Falahudin hidup bersama istri dan dua anaknya menjadi penerima manfaat Huntara Bunga.

Agus sangat bersyukur atas pembangunan Huntara Bunga. Ia bersama warga bergotong-royong membangun Huntara Bunga. Menurutnya Huntara Bunga jauh lebih merasa aman ketimbang rumah miliknya yang hancur akibat gempa bumi.

“Sebelum gempa saya memiliki rumah permanen bata dengan tiga kamar, pas terjadi gempa saya tidak mau melihat rumah-rumah yang tinggi dengan bata-bata. Karena saya juga merasa, bahkan mungkin lansia-lansia, juga tidak mau (rumah bata). Saya mau rumah seperti ini (huntara). Nggak mau rumah yang bagus (menjulang tinggi), sederhana saja juga tidak apa-apa, yang penting, nyaman dan keselamatan keluarga saya lebih terjamin,” terang Agus.

Siti Samsiah atau yang biasa disapa Teh Neng selaku istri Agus juga menuturkan sangat bersyukur bisa menjadi penerima manfaat dari percontohan Huntara Bunga.

“Alhamdulillah senang sekali ya Allah, dapat rumah. Alhamdulillah rumahnya bagus, insyallah aman dari gempa, dan insyallah jadi berkah untuk semua. Beribu – beribu alhamdulillah,” pungkasnya.

Rahmat Saputra, ketua kelompok dan merupakan ayah dari Teh Neng menuturkan pembangunan Huntara Bunga memakan waktu tiga sampai empat hari pengerjaan yang dilakukan secara gotong-royong.

Menurutnya Huntara Bunga merupakan hunian rakyat di mana gotong-royong merupakan fondasi dan buah hasil kerja keras dalam proses pemulihan diri pasca-gempa bumi.

“Ini pekerjaan sama-sama, istilahnya ini rumah rakyat. Dengan gotong-royong pembangunan huntara selesai dalam waktu tiga hari setengah, jika tidak gotong-royong mungkin akan memakan waktu enam hari atau lebih,” aku Rahmat. (Rilis Dompet Dhuafa)

Editor: Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button