Ustad Ghufron: Solat Tarawih Ekspres Salahi Ketentuan
Solat Tarawih ekspres yang menyelesaikan 4 rakaat dalam waktu 30 detik merupakan tindakan yang menyalahi ketentuan yang bisa menyebabkan ibadah itu tidak diterima Allah SWT.
“Dalam solat itu harus ada tumaninah yang bermakna tenang atau diam sejenak di antara gerakan solat. Kalau ekspres atau super cepat, yakin tidak ada tumaninahnya dan itu menyalahi,” kata Ustad Ghufron.
Pernyataan Ustad Ghufron itu dikemukakan dalam Tausyiah Ramadan Episode 2 dengan host, Aswendi Aziz di Chanel BantenPocast Yotube, dikutip MediaBanten.Com, Selasa (5/4/2022).
Program Tausyiah Ramadan ini merupakan kerjasama antara Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Serang dengan BantenPodcast, member of Lingkar Media Network (LMN).
Apa sesungguhnya tumaninah itu? Pengertian tumaninah dalam solat adalah tenang yang merupakan sebuah syarat untuk mencapai kekhusyuan dalam solat.
”Kalau kamu berdiri ketika solat, maka berdirilah dengan tumaninah. Kalau kamu ruku, rukulah dengan tumaninah. Kemudian berbuatlah demikian dalam shalatmu”. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Abu Khurairah).
Kata Ustad Ghufron, solat tarawih itu berhukum sunah, tetapi berfungsi untuk memperkuat keimanan. “Tetapi tetap solat tarawih ekspres tidak bisa dilakukan, harus ada tumaninah,” ujarnya.
Tata cara solat dan bacaannya relatif tidak memiliki perbedaan yang signifikan. “Dulu, Rosul mengerjakan solat tarawih itu 8 rakaat di masjid dan sisanya di rumah. Ini dilakukan karena khawatir solat tarawih dianggap fardu, padahal sunah,” ujarnya.
Waktu yang tepat untuk solat tarawih habis Isya. Karena solat tarawih itu termasuk qiyamul lail.
“Soal jumlah rakaat sebenarnya tidak ada permasalahan. Itu ikhtilaf (perbedaan) ulama. Ada yang 11 rakaat, ada yang 21, 30 dan sebagainya,” katanya.
Ustad Ghufron juga menyoroti perilaku yang aneh-aneh ketika bulanpuasa. Misalnya solat tarawih rajin, tetapi dia tidak pernah puasa.
“Ini aneh. Yang wajib itu puasa. Sedangkan solat tarawih itu sunah. Dikerjakan dapat pahala, tidak dikerjakan tidak dihukumi dosa. Kok yang sunah dikerjakan, yang wajib malah ditinggal,” katanya.
Ustad Ghufron menyarakan agar melaksanakan solat tarawih dengan mengerjakan dua rakaat, dua rakaat hingga delapan rakaat atau lebih banyak lagi, lalu ditutup dengan witir.
Cara ini dikenal dengan formasi 2 – 2 – 2 – 2 dan ditutup 3 rakaat witir, berarti jumlah keseluruhan 11 rakaat.
Jumlah rakaat witir itu juga disilakan untuk memilih, bida satu rakaat, bisa 3 rakaat hingga 11 rakaat. Yang penting bilangannya ganjir.
Dia tidak menyarankan formasi 4 – 4 – 3 rakaat, khawatir kesaru (samar) dengan rakaat solat wajib.
Soal perempuan ikut berjamaah solat tarawih, Ustad Ghufron memberikan penjelasan bahwa jika di musola atau masjid itu terdapat ruangan khusus perempuan, maka solat tarawih berjamaan diannjurkan.
“Setidaknya ada tabir atau kain yang memisahkan antara jamaah lelaki dan perempuan. Kalau tidak ada, nanti saling lirik-lirikan, cilaka solat kita,” katanya.
Jika fasilitas perempuan di masjid atau musola itu tidak dimiliki, sebaiknya perempuan solat tarawih secara munfarid (sendiri) atau berjamaah dengan penghuni rumah lainnya.
Di bulan puasa, harus rajin berbuat kebaikan. “Mudah-mudahan ibadah kita, tadarus dan lain-lain dan bisa bertemu dengan lailatul qodar. Bayangkan, malaikat dan ruh turun dari langit,” katanya. (BantenPodcast / Editor: Iman NR)