Opini

Menyongsong Jakarta – Bandung dengan Kereta Cepat

Pembangunan infrastruktur transportasi yang menghubungkan daerah Jakarta – Bandung terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, mulai dari zaman Hindia Belanda hingga era Indonesia.

OLEH: BAGUS AHMAD RIZALDI *)

Pada era Hindia Belanda, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels membangun Jalan Raya Pos yang menghubungkan Jakarta ke Bandung dengan melewati Puncak (Bogor).

Kemudian pada era Presiden Soeharto, Jakarta ke Bandung bisa ditempuh lebih cepat dengan Jalan tol dari Jakarta, Cikampek, hingga ke Pasteur (Bandung). Pada zaman itu, infrastruktur jalan tol tersebut menjadi yang terpanjang di Indonesia.

Lantas kini setelah beribu-ribu kilometer jalan tol terbangun di Indonesia pada era Presiden Joko Widodo, infrastruktur yang menghubungkan Jakarta ke Bandung pun tetap berkembang, yakni dengan dibangunnya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Proyek yang merupakan kerja sama antar-dua negara, yakni Indonesia dan Tiongkok melalui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), itu pun kini hampir rampung setelah menempuh proses pembangunan selama kurang lebih 5 tahun.

Dengan begitu, Indonesia pun kini sudah selangkah lebih maju dibandingkan negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Karana jika sudah diresmikan nantinya, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang punya kereta cepat di kawasan Asia Tenggara.

Sejak Mei 2023, proyek KCJB tengah menempuh proses pengetesan atau commisioning test. Rangkaian kereta cepat atau yang disebut electric multiple unit/comprehensive inspection train (EMU/CIT) itu pun sudah mondar-mandir Jakarta-Bandung setiap harinya.

Selama pengetesan itu pun, kecepatan EMU/CIT terus meningkat mulai dari 80 kilometer per jam, dan pada pertengahan Juni 2023 ini, sudah mencapai kecepatan di atas 350 kilometer per jam.

Konten-konten terkait proses tes kereta cepat itu pun kini tampak sudah hadir di media sosial. Hal itu tak lain merupakan bentuk antusiasme dari masyarakat yang sudah tak sabar menunggu peresmian dan pengoperasian kereta cepat tersebut.

Hanya 30 Menit

Rencananya pada tahap pertama, kereta cepat itu hanya akan dioperasikan dalam relasi Stasiun Halim (Jakarta Timur) hingga Stasiun Padalarang (Kabupaten Bandung Barat), walaupun infrastruktur itu telah dibangun hingga ke Stasiun Tegalluar (Kabupaten Bandung).

Pada pengetesan yang digelar pada Kamis (22/6), agenda itu dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, serta sejumlah pejabat lainnya termasuk pejabat PT KCIC dan pejabat PT Kereta Api Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Luhut menuturkan rangkaian kereta cepat yang dicobanya itu telah menempuh kecepatan maksimum yakni 385 kilometer per jam sehingga waktu perjalanan yang ditempuh pun lebih singkat dengan hanya memakan waktu sekitar 30 menit.

Meski melesat dengan kecepatan tinggi, Luhut menyebut perjalanan yang dialaminya itu terasa nyaman tanpa adanya gangguan. PT KCIC pun menyatakan kenyamanan dalam kecepatan tinggi itu merupakan hasil dari proses fine adjustment guna menghindari adanya gelombang pada rel kereta cepat.

Senada dengan Luhut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun berkata bahwa perjalanan Jakarta ke Bandung hanya memerlukan waktu singkat dengan menumpangi kereta cepat itu. Apalagi suasana di dalam kereta itu sangat tenang.

“Rasanya itu seperti baru masuk ke toilet, keluar-keluar sudah sampai di Padalarang,” kata Ridwan Kamil usai mengikuti tes kereta cepat.

Dengan tempo yang singkat, otomatis jarak antara Jakarta dan Bandung seperti sudah semakin dekat. Apalagi infrastruktur itu pun dilengkapi dengan sarana transportasi penunjang, yakni LRT dan Kereta Api Commuter Line Bandung Raya.

Untuk Rakyat

Sejauh ini, PT KCIC belum merilis secara resmi harga tiket kereta cepat itu untuk dibeli masyarakat. Namun dari kabar yang beredar, harga tiket itu tidak akan jauh seperti harga tiket Kereta Api Argo Parahyangan relasi Stasiun Gambir-Bandung.

Rencananya kereta cepat itu akan diresmikan pada 18 Agustus 2023. Di samping itu, Presiden Joko Widodo pun dikabarkan bakal mencoba kereta cepat itu dalam waktu dekat, atau sebelum 28 Juli 2023.

Setelah diresmikan, rencananya kereta cepat itu akan digratiskan untuk masyarakat selama sekitar 90 hari. Namun masyarakat pun perlu berlomba-lomba untuk mendapatkan tiket itu, atau istilahnya ticket war.

Dengan begitu, Ridwan Kamil mengatakan masyarakat dari berbagai kalangan bisa menjajal kenyamanan, kecanggihan, serta pengalaman menumpangi kereta cepat tersebut.

“Orang desa, anak kecil, yang mau piknik, asal bisa (menangi) ticket war untuk mencoba KCJB, selama 90 hari atas arahan Bapak Presiden, semua bisa merasakan,” kata dia.

Selain itu, Luhut juga berharap masyarakat yang tinggal di sekitar proyek KCJB untuk bisa sama-sama merasakan perjalanan kereta cepat itu yang merupakan hasil karya para pekerja Indonesia dan pekerja dari Tiongkok.

“Dengan harapan rakyat juga merasakan bagaimana kereta cepat ini, dan dari Jakarta itu coba LRT, dan coba kereta cepat, sampai di Padalarang,” kata Luhut.

Mengoneksikan Jawa

Walaupun belum 100 persen, Pemerintah tampaknya sudah memiliki visi untuk memperluas cakupan moda transportasi itu. Namun dengan syarat pembangunan KCJB itu menjadi transfer teknologi agar Indonesia ke depannya bisa secara mandiri membangun kereta cepat itu.

Saat ini sekitar 400 hingga 600 orang asal Indonesia tengah mengikuti pelatihan di Tiongkok untuk mampu memelihara dan mengoperasikan kereta cepat itu.

Selain itu, Luhut juga menargetkan ke depannya ada hilirisasi berbagai sektor yang bisa menunjang pengembangan kereta cepat dengan tangan pekerja Indonesia.

Adapun Ridwan Kamil mengatakan kereta cepat itu rencananya bakal diperpanjang hingga ke Surabaya. Rutenya yakni Jakarta-Bandung-Kertajati-Yogyakarta-Solo-Surabaya.

Sejauh ini Kereta Cepat Jakarta-Bandung diproyeksikan beroperasi sebanyak 68 kali perjalanan setiap harinya, dengan kapasitas 600 penumpang dalam setiap perjalanan.

Di sisi lain, kereta cepat yang ada di Indonesia itu termasuk salah satu kereta tercepat di dunia, bahkan mengalahkan TGV (kereta cepat Prancis). Ridwan kamil menyebut hal itu karena teknologi yang dikembangkan oleh Tiongkok untuk proyek itu pun cukup mutakhir.

Jadi, kereta cepat yang akan segera hadir di Indonesia itu menjadi sebuah lompatan dan kebanggaan. Walaupun dalam prosesnya banyak pro dan kontra, hasil akhir yang menentukan.

“Sebuah pembelajaran perlu pengorbanan. Jadi saya meyakini kereta api cepat tahap dua akan jauh lebih murah, jauh lebih cepat, dan dinamis,” kata mantan Wali Kota Bandung itu. (***)

*) Penulis adalah Wartawan LKBN Antara.

**) Artikel ini merupakan kerjasama LKBN Antara dengan MediaBanten.Com.

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button