Biarkan Borok Itu Merekah
Sangat menyenangkan hati jika melihat bunga merekah. Ada kebahagiaan di dalamnya, melihat keindahan, maha karya Sang Pencipta.
Namun bunga yang merekah dalam politik bisa menjadi multi tafsir, ia bisa juga menjadi petaka, karena keindahan bisa berada pada dua sisi pandangan yang berbeda.
Oleh: Ikhsan Ahmad *)
Berbeda dengan borok, jijik membayangkannya dan sarkastik, namun ia memastikan satu hal, penampakan terburuk, proses pengeluaran “material infeksi” dan satu tafsir, mengobatinya agar sembuh.
Borok dalam politik menjelaskan adanya penyakit yang menjijikkan, membuat muak, mengesalkan, berharap penyakit ini segera menghilang. Semua perasaan ini akan tumbuh secara jujur, pada “lalat” sekalipun yang menghinggapi borok.
Karena itu, biarkan borok merekah, setelahnya ia akan digantikan “jaringan kulit” yang baru, jaringan kulit yang muda dan sehat.
Biarkan ia merekah, mengeluarkan darah, nanah dan kulit mati. Menampakkan semua kebusukannya agar segera tampak kulit yang sehat.
Sudah menjadi fitrah, politik adalah jalan mencari kebaikan untuk memperbaiki kehidupan sejauh yang bisa diwujudkan oleh manusia dalam sebuah sistem, komunikasi, budaya, praktek politik, ekonomi, penataan masa depan dan lain sebagainya.
Jalan kebaikan dalam politik diharapkan mampu meneggakan hukum dan keadilan, rasa aman dan kenyamanan, kesejahteraan dan kebersamaan. Namun hukum alam (determinisme) politik menjelaskan “kebaikan” akan berhadap-hadapan dan bertentangan dengan tujuan mulianya, menghasilkan borok baru kemudian tercipta harmoni kembali.
Pertentangan dan konflik dalam politik adalah keniscayaan. Konflik politik mengarah kepada penguatan politik dan sebaliknya, kekuatan dan kebaikan dalam politik mengarah kepada konflik dan pertentangan di dalamnya.
Jadi, nikmati prosesnya, jangan baper.
Kebenaran dalam politik tidak bersifat absolut atau mutlak, ia bersifat relatif, ukurannya adalah kepentingan dan peluangnya untuk mewujudkan kepentingan tersebut.
Pada tingkat kedalaman yang paling mendasar, seringkali politik menampakkan dirinya pada pertentangan persoalan tauhid dan terbentuknya berbagai front pembenaran diantara kedua sisinya.
Jadi, biarkan borok itu merekah, jangan menjadi lalat yang menikmati infeksi luka borok yang menganga.
Memahami dan larut dalam konflik politik bukan untuk mengkotakkan diri tetapi sebagai upaya bersama menyelami kepentingan masing-masing untuk kembali kepada kepentingan bersama.
Jika hal ini tidak mampu dilakukan, maka bisa dipastikan anda adalah rombongan lalat yang menyukai borok dan frustasi melihat kesembuhan borok tersebut. (*)
*) Penulis adalah dosen FISIP Untirta Serang, juga Pengamat Kebijakan Publik.
- Rombongan Belajar Adalah Rombongan Kualitas ? - 05/06/2023
- Jual Beli Jabatan dan Sistem Beurit - 29/05/2023
- Peek a Boo, Hayo Ketahuan Jual Diri - 23/05/2023