Ritual Genit “Politik Sementara” Sampai 2024
Jangan genit (menjalankan ritual genit) ! Menebar pesona, memparadekan konsep, kata bijak, menawarkan harapan dan senyum disetiap sudut keramaian, seolah-olah pemimpin terpilih dengan takdir Ilahi di tengah defisitnya moral kepemimpin dan mengecilnya otak kebanyakan pemimpin.
Jadilah pemimpin yang tahu dan paham rute jalan perubahan, tunjukkan jalan tersebut, dan jalankan jalan tersebut.
OLEH: IKHSAN AHMAD *)
Apa target pembangun dua tahun kedepan dengan berbagai persoalan yang ada? Apa rencana ke depan? Bagaiamana kelanjutan reformasi birokrasi?
Bagaimana menyelesaikan persoalan ketimpangan sosial dan kemiskinan? Bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan dan mengangkat nasib UMKM?
Bagaimana membongkar dan menghentikan korupsi dilingkungan terdekat? Bagaimana membangun pelayanan dasar yang tidak korup, profesional dan bertanggungjawab?
Ungkapkan! Ayolah, jangan genit, sekedar keliling untuk menyuarakan bahwa anda pemimpin yang berbeda, out of the box, padahal jangan-jangan terbiasa dalam kotak.
Jadilah pemimpin yang tidak hanya membiasakan diri mendengar segala sesuatu yang baik, mendengar puja puji tetapi menutup mata terhadap realitas sesungguhnya, dimana kepemimpinan yang berjalan sebenarnya pengap, berdebu dan penuh basa basi.
Terpilih bukan karena mewakili suara rakyat. Bukan pula karena prestasi sebagai kriteria utama. Terpilih karena “proses politik.”
Proses politik bisa dimaknai sebagai kesepakatan sharing of power elit politik dalam lobby politik. Kekuatan lobby politik tentu saja menitikberatkan kepada kepada kemampuan orang-orang yang terlibat dalam lobby tersebut.
Lobby dalam proses politik ini biasanya melahirkan pemimpin di tiga kutub ekstrim, sebagai boneka yang pandai menyanyikan dan hafal semua lagu harmonisasi atau pemimpin yang tahu dalam tidak tahu, ia akan nyaring tanpa substansi.
Tipe ketiga, pemimpin yang mengetahui sebuah jalan perubahan, menunjukan jalan tersebut dan menjalani jalan tadi.
Mana yang anda kenali?
Jika tak mengenali, maka tidak akan pula diketahui untuk apa seseorang terpilih untuk memimpin, kecuali menjalani ritual demokrasi, tidak akan pula diketahui kepemimpinannya, kecuali baju, kemasan dan ritualnya.
Jika demikian, maka kita akan menyaksikan ritual politik dan kegenitannya sampai tahun 2024. Ritual prosesi dan perayaan, ritual kata-kata bijak, optimisme dan konsep.
Sampai akhirnya semua tersadar, ia hanya mengabiskan uang rakyat tanpa berbuat apapun kecuali berkata, berkata, dan berkata.
Demikian pula bagi sang pemimpin, tanpa suara yang menggelegar untuk mengatakan apa yang hendak diubah dan apa yang ingin ia capai sampai dua tahun ke depan. Yakinlah, ia hanya pandai membuat kita tersenyum, tertawa dan berdecak kagum.
Tak lebih. Dan tak ada kelebihan apapun, ia hanya bangga menjadi “pemimpin manekin.”
Pemimpin ritual genit tentu saja bukan pemimpin yang berpihak kepada masyarakat, karena ia tak mampu bicara lugas dan lingas tentang kemiskinan dengan segenap persoalan dan solusinya. Ia tak mampu bicara tegas tentang korupsi, ia tak bisa “teriak” tentang perubahan karena itu akan berbalik kepada dirinya.
Ia hanya mampu membicarakan dan menampilkan dirinya sendiri dengan segala kepandaian dan kepeduliannya.
Pemimpin ritual sudah pasti tidak konvensional, memajang kesuksesannya dengan parade spanduk baligho di setiap sudut keramaian jalan.
Ia akan membuat kesuksesan tentang dirinya secara natural di setiap sudut sesak template media agar dilihat orang ramai. (***)
*) Penulis adalah Pengamat Kebijakan Publik yang sehar-hari Dosen FISIP Unitrta.
- Rombongan Belajar Adalah Rombongan Kualitas ? - 05/06/2023
- Jual Beli Jabatan dan Sistem Beurit - 29/05/2023
- Peek a Boo, Hayo Ketahuan Jual Diri - 23/05/2023