Opini

PR Besar Pemimpin Banten 2024

Jelang pilihan Gubernur Banten atau Pemimpin Banten 2024, jalan-jalan prokotol bahkan sampai jalan-jalan di tingkat lingkungan, kini semarak dengan ragam spanduk dan baliho bakal calon Gubernur Banten 2024.

OLEH: SAYIFULLAH dan SAMSUL ARIFIN *)

Pesta demokrasi tingkat lokal yang akan berlangsung 27 November 2024, sepertinya sudah mulai dihangatkan dengan menempelkan wajah-wajah bakal calon gubernur di jalan-jalan utama dan strategis.

Nama-nama yang digadang-gadang akan maju di Pilgub Banten 2024 di antaranya ada Airin Rachmi Diany (Golkar), Rano Karno (PDI-P), Gembong R Sumedi (PKS), Desmond J Mahesa (Gerindra), Iti Jayabaya (Demokrat), Yandri Susanto (PAN) dan Wahidin Halim (Nasdem).

Pengajuan bakal calon pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur menurut UU Pilkada dapat dilakukan oleh Partai atau Gabungan Partai dengan syarat paling sedikit memiliki dukungan suara atau kursi di DPRD sebesar 20 persen atau 25 persen dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilihan legislatif anggota DPRD.

Meskipun nama-nama bakal calon sudah bermunculan, kepastian siapa bakal calon Gubernur Banten yang akan diusung untuk 2024, tampaknya memang masih harus menunggu hasil Pileg 2024.

Memenangkan Suara Rakyat

Untuk bisa memenangkan suara rakyat di Pilkada Banten 2024, bila melihat jumlah penduduk dan DPT yang besar, komposisi tersebut terdapat di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

Tiga kabupaten dan kota tersebut secara proporsi menguasai lebih dari 50% lumbung suara di Banten. Sisanya tinggal bagaimana para kandidat bisa merebut satu dari tiga kabupaten yang cukup besar juga lumbung suaranya, yakni Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang.

Memenangkan pemilu berarti merebut dan memenangkan hati rakyat. Siapa bisa memenangkan hati rakyat? Memenangkan hati rakyat adalah mewujudkan apa yang menjadi harapan rakyat akan kesejahteraannya.

Isu Strategis

Banten saat ini usianya memasuki dekade ketiga sejak pertama kali diresmikan sebagai provinsi baru tahun 2000.

Beberapa daerah di Banten telah berhasil tumbuh dengan sangat baik, bahkan melampaui rata-rata keberhasilan pembangunan di tingkat provinsi. Daerah-daerah yang umumnya telah berhasil tumbuh dengan sangat baik, kebanyakan berada di wilayah utara Banten.

Sedangkan wilayah selatan Banten, masih harus mengejar ketertinggalannya. Adanya kesenjangan pembangunan antar wilayah sepertinya masih menjadi isu strategis sebagai bahan kampanye para bakal calon gubernur.

Membangun Banten, berarti membangun manusianya sebab hakikat pembangunan adalah bagaimana meningkatkan kualitas manusianya.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Banten, sebagai salah satu ukuran pembangunan manusia, menunjukkan angka rata-rata di atas 70 selama periode 2015-2022.

Pada tahun 2022 IPM Banten mencapai 73,32 dan tergolong sebagai kategori tinggi. Bahkan untuk Kota Tangerang Selatan angka IPM-nya sebesar 81,95.

Berbeda dengan daerah lain yang tumbuh tinggi, IPM di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang, angka IPM-nya masih berada di bawah 68.

Pada sektor pendidikan, Angka Partisipasi Murni (APM) perlu menjadi perhatian khusus bagi pemimpin Banten berikutnya. APM pendidikan dasar tingkat SD/MI di Banten telah mencapai di atas 95, tetapi pada tingkat SMP/MTs masih di bawah 90 yaitu antara 79-84 dan bahkan APM tingkat SMA/MA di Banten masih di bawah 60.

Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan yang dimasuki, semakin rendah APM-nya. Keadaan ini harus menjadi perhatian khusus dan upaya ekstra dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di Banten.

Ke depan perlu ada kebijakan pendidikan yang kuat bagi masyarakat Banten agar bisa masuk sekolah sampai dengan jenjang pendidikan menengah.

Sejalan dengan APM yang harus mendapat perhatian serius, rata-rata Lama Sekolah masyarakat Banten umumnya belum sampai menamatkan hingga jenjang SMP/Mts. Banyak daerah-daerah di Banten yang rata-rata lama sekolahnya adalah berkisar 6-8 tahun.

Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kota Cilegon adalah daerah dengan rata-rata lama sekolah yang relatif lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya di Banten.

Ketiga kota ini angka rata-rata lama sekolahnya (RLS) sudah di atas rata-rata provinsi. Pada tahun 2022 angka RLS ketiga kota tersebut adalah Kota Tangerang Selatan (11,84), Kota Tangerang (10,84) dan Kota Cilegon (10,34).

Kesejahteraan masyarakat Banten diharapkan dapat terwujud bila lebih banyak penduduknya yang bekerja atau tidak menganggur dan memperoleh penghasilan guna pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Tetapi sepertinya pengangguran masih menjadi “rapor merah” dalam dua dekade lebih perjalanan pembangunan Banten. Saat ini pengangguran terbuka di Banten masih relatif tinggi yaitu 7,97 persen (Feb-2023), bahkan lebih tinggi dari tingkat pengangguran terbuka nasional (5,45 persen).

Pengangguran yang tinggi di Banten merupakan Pekerjaan Rumah (PR) besar bagi siapapun pemimpin Banten terpilih berikutnya.

Perlu sinergitas antara pemerintah dan swasta dalam upaya mengatasi persoalan ini sebab ketersediaan lapangan pekerjaan tidak bisa hanya dari sisi pemerintah saja tetapi juga berkaitan dengan perkembangan dunia usahanya.

Persentase rata-rata penduduk miskin di Banten berkisar pada angka lebih dari 5 persen di lima tahun terakhir. Penduduk miskin Banten tahun 2022 adalah sebesar 6,24 persen dan umumnya paling banyak berada di daerah perdesaan di kabupaten.

Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Tangerang adalah daerah dengan jumlah penduduk miskin paling banyak di Banten. Pada tiga Kabupaten ini juga angka prevalensi stunting Banten masih di atas 20 persen.

Ketersediaan layanan kesehatan dan akses terhadap layanan kesehatan, berperan penting guna menjamin terciptanya masyarakat yang sehat dan produktif.

Pada aspek ketersediaan sumberdaya manusia di bidang kesehatan, keberadaan tenaga kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat di Banten masih relatif terbatas. Keterbatasan ini dapat terlihat baik pada sisi jumlah maupun sebarannya.

Tenaga kesehatan yang cukup dari sisi kuantitas dan kualitasnya, misalnya dokter, umumnya lebih banyak terdapat di daerah perkotaan seperti Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Serang.

Pada ketiga daerah ini jumlah ketersediaan dokternya sudah diatas 300, bahkan untuk Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, jumlahnya sudah di atas 800. Keadaan ini berbanding terbalik dengan daerah lainnya yang ada di Banten.

Memilih Pemimpin Amanah

Diusianya yang menapaki 23 tahun sebagai provinsi baru, Banten telah banyak berubah baik secara fisik atau infrastruktur.

Hal ini sangat baik bagi masyarakat, khususnya dalam membuka akses dan konektivitas ekonomi daerah-daerah di Banten, sehingga terjadi spread effect untuk peningkatan pendapatan atau ekonomi masyarakat.

Jelang satu tahun, Banten akan memilih pemimpin barunya di 2024. Masyarakat Banten tentunya menaruh harapan besar agar pemimpin Banten 2024 adalah pemimpin yang dapat mewujudkan harapannya akan kesejahteraan.

Bukan hanya janji manis saat kampanye atau sibuk mengamankan kedudukannya jelang masa akhir jabatan.(**)

*) Penulis adalah Dosen dan Peneliti Ekonomi Pembangunan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button